Hak Pendidikan yang Terenggut: Kisah Afghanistan dan Pelajaran untuk Indonesia |
Penulis : Wiwi Nurdiah
Mahasiswi : Universitas Darunnjah
e-mail : winurd8322@gmail.com
Rakyatsipil, Yogyakarta, Pendidikan adalah hak asasi manusia yang fundamental, terlepas dari jenis kelamin, usia, atau latar belakang. Namun, realitas ini masih menjadi impian bagi banyak anak perempuan di Afghanistan, khususnya setelah kebijakan pemerintah yang melarang sekitar 300.000 anak perempuan untuk melanjutkan pendidikan mereka di tingkat sekolah menengah pertama (SMP). Keputusan ini tidak hanya mencederai hak asasi manusia tetapi juga mengancam masa depan generasi perempuan Afghanistan. Situasi ini mengundang perhatian dunia, termasuk Indonesia, untuk mengambil pelajaran penting dalam memperjuangkan pendidikan sebagai hak universal.
Kisah Afghanistan: Pendidikan yang Terenggut
Afghanistan, negara dengan sejarah panjang konflik dan perubahan rezim, kembali menjadi sorotan dunia ketika Taliban mengambil alih kekuasaan pada tahun 2021. Salah satu kebijakan kontroversial mereka adalah pelarangan pendidikan bagi anak perempuan di tingkat SMP dan SMA. Alasan yang sering dikemukakan adalah interpretasi hukum syariat Islam, yang menurut Taliban, tidak mengizinkan pendidikan bagi perempuan di luar batas tertentu.
Kebijakan ini membawa dampak yang sangat serius. Ratusan ribu anak perempuan kehilangan akses ke pendidikan formal, yang pada akhirnya membatasi peluang mereka untuk berkontribusi dalam pembangunan negara. Padahal, penelitian menunjukkan bahwa pendidikan perempuan memiliki dampak positif tidak hanya bagi individu tetapi juga bagi keluarga, komunitas, dan negara. Pendidikan meningkatkan kesejahteraan ekonomi, kesehatan, dan stabilitas sosial.
Ironisnya, Islam sebagai agama yang menjadi dasar dari kebijakan Taliban sebenarnya sangat mendukung pendidikan untuk semua, termasuk perempuan. Dalam sejarah Islam, banyak perempuan yang menjadi cendekiawan, termasuk Aisyah, istri Nabi Muhammad SAW, yang dikenal sebagai salah satu ahli hadis terkemuka.
Pendidikan di Indonesia: Kemajuan dan Tantangan
Berbeda dengan Afghanistan, Indonesia, sebagai negara dengan mayoritas penduduk Muslim terbesar di dunia, menempatkan pendidikan sebagai prioritas nasional. Sistem pendidikan di Indonesia memberikan kesempatan yang sama bagi laki-laki dan perempuan untuk belajar di semua jenjang. Bahkan, Undang-Undang Dasar 1945 secara eksplisit menjamin hak setiap warga negara untuk mendapatkan pendidikan.
Namun, Indonesia bukan tanpa tantangan. Meskipun akses pendidikan cukup merata, masalah kualitas pendidikan, disparitas regional, dan angka putus sekolah masih menjadi pekerjaan rumah yang harus diselesaikan. Di beberapa daerah terpencil, akses ke sekolah masih sulit dijangkau, sementara di kawasan perkotaan, masalah lain seperti beban biaya tambahan dan rendahnya kualitas pengajaran sering menjadi kendala.
Dalam konteks pendidikan perempuan, Indonesia memiliki capaian yang cukup membanggakan. Tingkat partisipasi perempuan dalam pendidikan tinggi terus meningkat. Namun, isu kesetaraan gender masih menjadi tantangan, terutama dalam bidang pekerjaan setelah mereka lulus. Banyak perempuan Indonesia menghadapi hambatan budaya dan struktural yang menghambat mereka untuk mencapai potensi maksimal.
Pelajaran untuk Indonesia
Situasi di Afghanistan memberikan pelajaran berharga bagi Indonesia tentang pentingnya melindungi hak pendidikan, terutama dalam menjaga akses bagi kelompok rentan seperti perempuan. Berikut beberapa refleksi yang dapat diambil:
- Menjaga Kebijakan yang Berbasis KeadilanIndonesia harus terus memperkuat kebijakan pendidikan yang inklusif, tidak hanya menjamin akses yang merata tetapi juga memastikan bahwa tidak ada kelompok yang terpinggirkan. Negara harus mengadopsi pendekatan yang menghormati keadilan gender, seperti pemberian beasiswa khusus untuk perempuan dan kampanye kesadaran tentang pentingnya pendidikan bagi anak perempuan di daerah pedesaan.
- Mengintegrasikan Nilai Agama dan PendidikanDalam konteks masyarakat Muslim, penting untuk menunjukkan bahwa Islam mendukung pendidikan sebagai kewajiban bagi setiap individu. Program pendidikan agama dapat menjadi media untuk memperkuat pemahaman ini, sehingga tidak ada lagi interpretasi keliru yang membatasi hak perempuan untuk belajar.
- Fokus pada Pembangunan Infrastruktur dan KualitasMeski akses pendidikan di Indonesia lebih baik dibandingkan Afghanistan, masih banyak daerah terpencil yang memerlukan perhatian khusus. Pembangunan infrastruktur sekolah, pelatihan guru, dan kurikulum berbasis keterampilan harus menjadi prioritas.
- Mengatasi Ketimpangan Gender di Dunia KerjaPendidikan tidak cukup jika tidak diikuti dengan peluang yang setara di dunia kerja. Indonesia harus terus mendorong pemberdayaan perempuan melalui pelatihan keterampilan, kebijakan pro-perempuan, dan lingkungan kerja yang mendukung.
Apa yang Bisa Dilakukan Masyarakat?
Selain peran pemerintah, masyarakat juga memiliki tanggung jawab besar dalam mendukung hak pendidikan. Orang tua harus memahami pentingnya pendidikan, terutama untuk anak perempuan, dan mendukung mereka untuk mengakses pendidikan hingga tingkat tertinggi. Lembaga swadaya masyarakat (LSM) juga dapat berperan dalam memberikan pendidikan informal bagi mereka yang tidak bisa mengakses sekolah formal.
Indonesia juga dapat menunjukkan solidaritas global dengan memberikan dukungan kepada perempuan Afghanistan yang kehilangan haknya. Kampanye internasional, program pendidikan jarak jauh, dan advokasi di tingkat diplomatik adalah beberapa langkah yang dapat diambil untuk membantu mereka.
Kesimpulan
Hak pendidikan adalah fondasi bagi kemajuan peradaban. Kisah Afghanistan adalah pengingat pahit bahwa pendidikan tidak selalu menjadi hak yang dijamin, terutama bagi perempuan. Indonesia, meski berada dalam posisi yang lebih baik, tetap memiliki tantangan besar untuk memastikan akses pendidikan yang merata dan berkualitas.
Sebagai bangsa yang menjunjung tinggi nilai agama dan keadilan, Indonesia memiliki tanggung jawab moral untuk menjadi contoh bagaimana pendidikan dapat menjadi alat untuk menciptakan masyarakat yang lebih adil, sejahtera, dan bermartabat. Semoga kisah anak perempuan Afghanistan menjadi cermin yang menginspirasi Indonesia untuk terus berkomitmen pada hak pendidikan bagi semua.
0 Komentar