RAKYAT SIPIL – Sebagai mahasiswa manajemen yang mengikuti perkembangan tren konsumen, saya melihat bahwa fenomena thrifting di kalangan Generasi Z di Indonesia bukan hanya sekadar gaya hidup hemat, tetapi juga menjadi cerminan perubahan nilai, preferensi, dan dinamika perilaku konsumsi di era digital. Tren ini menunjukkan bagaimana Gen Z merespons tekanan finansial, isu keberlanjutan, dan pengaruh teknologi dalam membentuk keputusan belanja mereka.
Di era ketika harga kebutuhan hidup semakin tinggi dan gaya hidup menjadi lebih kompetitif, banyak anak muda memilih thrifting sebagai alternatif untuk mendapatkan produk fesyen berkualitas tanpa harus mengeluarkan biaya besar. Menurut data Google Consumer Insight (2024), minat pencarian terkait thrift shop dan secondhand fashion meningkat lebih dari 35% dalam dua tahun terakhir. Ini menunjukkan bahwa thrifting kini bukan lagi sekadar tren sesaat, tetapi telah berkembang menjadi bagian dari pola konsumsi baru.
ADVERTISEMENT
Namun, popularitas thrifting juga menghadirkan tantangan. Risiko barang tidak sesuai deskripsi, ketidakpastian kualitas, hingga isu legalitas impor pakaian bekas menjadi bagian dari dinamika yang perlu diwaspadai. Pemerintah Indonesia telah memperketat regulasi impor pakaian bekas untuk melindungi industri tekstil lokal — ini menandakan bahwa thrifting bukan lagi sekadar fenomena pasar kecil, melainkan isu ekonomi dan kebijakan publik.
Dari sudut pandang saya, thrifting mencerminkan kecerdasan finansial dan kreativitas Gen Z dalam merespons perubahan zaman. Mereka tidak lagi terpaku pada status simbol berupa barang baru; justru memilih narasi baru bahwa gaya dapat hadir dari kreativitas, daya pilih, dan kesadaran lingkungan. Selain itu, geliat bisnis thrifting turut membuka peluang ekonomi kreatif — mulai dari toko online kecil, kurasi barang vintage, hingga content creator yang mengedukasi pasar.
Ke depan, fenomena ini berpotensi memberi dampak positif jika dikelola dengan baik. Dibutuhkan edukasi mengenai etika konsumsi, standar kebersihan produk, serta dukungan kebijakan untuk UMKM mode bekas yang kreatif dan bertanggung jawab. Pada akhirnya, thrifting bukan hanya cara belanja, tetapi bagian dari identitas ekonomi dan budaya baru Generasi Z Indonesia — generasi yang adaptif, kritis, dan memiliki kepedulian sosial.
Penulis: MOH KHAFID NURSABANI – MAHASISWA MANAJEMEN UNIVERSITAS PAMULANG





Komentar