Edukasi
Beranda » Blog » Pengertian dan Jenis-Jenis Geguritan dalam Sastra Indonesia

Pengertian dan Jenis-Jenis Geguritan dalam Sastra Indonesia

Geguritan adalah salah satu bentuk puisi tradisional yang memiliki peran penting dalam sastra Jawa. Dikenal sebagai karya sastra yang mengandung makna mendalam, geguritan sering kali digunakan untuk menyampaikan pesan moral, nilai-nilai kehidupan, atau bahkan cerita-cerita mitos yang terkait dengan budaya Jawa. Kata “geguritan” berasal dari kata “gurit” yang berarti sajak atau puisi dalam bahasa Jawa. Meskipun secara umum geguritan ditulis dalam bahasa Jawa, kini banyak penulis juga menggunakannya dalam bahasa Indonesia atau bahasa-bahasa lain.

Jasa Penerbitan Buku dan ISBN

Dalam konteks sastra Indonesia, geguritan tidak hanya menjadi warisan budaya, tetapi juga menjadi bagian dari perkembangan puisi modern. Berbeda dengan puisi-puisi yang terikat oleh aturan ketat seperti guru gatra, guru lagu, atau guru wilangun, geguritan lebih bebas dalam penyusunan struktur dan isi. Hal ini membuatnya lebih fleksibel dan mudah diakses oleh pembaca modern.

Karena sifatnya yang puitis dan khas, geguritan sering kali menggunakan bahasa Jawa klasik yang penuh dengan simbol, metafora, dan ungkapan-ungkapan yang indah. Namun, meski begitu, geguritan tetap mempertahankan ciri khasnya, yaitu adanya irama dan rima yang menambah keindahan puisi tersebut. Tidak hanya itu, geguritan juga sering dibawakan dengan iringan musik tradisional seperti gending atau gamelan, sehingga menambah kesan seni dan budaya dalam setiap pembacanya.

Dalam artikel ini, kita akan membahas pengertian lengkap tentang geguritan serta berbagai jenis-jenisnya yang ada dalam sastra Indonesia. Selain itu, kita juga akan melihat contoh-contoh geguritan yang populer dan relevan dengan kehidupan masyarakat saat ini. Dengan demikian, artikel ini bertujuan untuk memberikan wawasan yang luas dan mendalam tentang geguritan sebagai salah satu bentuk puisi tradisional yang masih eksis hingga kini.

Apa Itu Geguritan?

Geguritan adalah bentuk puisi tradisional yang berkembang dalam budaya Jawa. Istilah “geguritan” berasal dari kata “gurit”, yang dalam bahasa Jawa berarti sajak atau puisi. Puisi ini biasanya ditulis dalam bahasa Jawa dan terdiri dari beberapa bait atau baris. Salah satu ciri khas dari geguritan adalah penggunaan bait tetap yang disebut babad atau isi, yang mengandung makna utama, serta guritan atau gending, yang biasanya berfungsi sebagai penghubung atau penutup.

Apa Itu Fungsi Hardisk dan Pentingnya dalam Komputer?

Geguritan sering kali digunakan untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, atau cerita dengan gaya sastra yang khas. Saat ini, geguritan juga dapat ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa-bahasa lain sesuai dengan preferensi penulis. Karena sifatnya yang puitis dan khas, geguritan sering kali menggunakan bahasa Jawa klasik yang penuh dengan simbol, metafora, dan ungkapan-ungkapan yang indah.

Salah satu hal yang membedakan geguritan dengan puisi-puisi lain adalah kebebasannya dalam struktur dan isi. Berbeda dengan puisi-puisi yang terikat oleh aturan ketat seperti guru gatra, guru lagu, atau guru wilangun, geguritan lebih bebas dalam penyusunan struktur dan isi. Hal ini membuatnya lebih fleksibel dan mudah diakses oleh pembaca modern.

Selain itu, geguritan sering kali dibawakan dengan iringan musik tradisional seperti gending atau gamelan, sehingga menambah kesan seni dan budaya dalam setiap pembacanya. Dengan demikian, geguritan tidak hanya menjadi karya sastra, tetapi juga menjadi bagian dari pertunjukan seni yang kaya akan makna dan nilai-nilai budaya.

Ciri-Ciri Umum Geguritan

Geguritan memiliki ciri-ciri khas yang membedakannya dari bentuk puisi lainnya. Berikut adalah beberapa ciri-ciri umum dari geguritan:

1. Struktur dan Metrum Tetap

Geguritan biasanya mengikuti struktur dan metrum tetap. Misalnya, geguritan sering kali ditulis dalam bentuk pantun atau quatrain dengan jumlah baris yang tetap, seperti 4 atau 8 baris per bait. Metrum atau irama yang digunakan juga biasanya tetap dan mengikuti pola tertentu.

Fungsi Pronoun dalam Bahasa Inggris yang Wajib Dipahami

2. Pilihan Kata yang Khas

Geguritan menggunakan kosakata dan frasa yang khas dalam bahasa Jawa. Bahasa Jawa memiliki kekayaan kata yang khusus, dan ini tercermin dalam geguritan.

3. Rima dan Larik

Geguritan sering menggunakan rima dalam baris-barisnya, yang berarti suara akhir kata pada setiap baris berulang atau berirama. Ini dapat memberikan keindahan suara dan ritme dalam puisi.

4. Isi tentang Cinta atau Alam

Tema yang sering muncul dalam geguritan adalah cinta, alam, kemanusiaan, dan kehidupan sehari-hari. Puisi ini sering kali berbicara tentang perasaan, keindahan alam, atau pengalaman manusia dalam konteks budaya Jawa.

5. Puisi Klasik

Geguritan sering dianggap sebagai puisi klasik dalam tradisi sastra Jawa. Ini mencerminkan nilai-nilai budaya dan sejarah Jawa yang dalam.

6. Bahasa Puitis

Geguritan cenderung menggunakan bahasa yang puitis dan kiasan. Ini dapat membuat puisi ini lebih sulit dipahami bagi pembaca yang tidak akrab dengan bahasa Jawa. Selain itu, pemilihan bahasa dalam geguritan juga tak menggunakan bahasa padinan atau bahasa yang digunakan sehari-hari.

Merajut Jejak, Menyalakan Aksi: Festival Perempuan Pemimpin IP Jepara Tegaskan Satu Visi dalam Ragam Aksi

7. Menggunakan Gending

Geguritan seringkali dibacakan atau dinyanyikan dengan iringan musik tradisional Jawa yang disebut gending. Musik ini dapat menambah nuansa dan emosi dalam pertunjukan geguritan.

8. Nilai-nilai Moral atau Pendidikan

Beberapa geguritan mungkin memiliki pesan moral atau pendidikan yang tersembunyi dalam puisinya, yang sering kali diungkapkan melalui metafora atau alegori.

Macam-Macam Geguritan

Geguritan menjadi bentuk puisi tradisional dalam bahasa Jawa yang memiliki berbagai jenis dan variasi sesuai dengan tema, metrum, dan strukturnya. Berikut macam geguritan yang umum dijumpai:

1. Geguritan Tembang Macapat

Geguritan ini memiliki struktur yang ketat dan mengikuti metrum tertentu yang disebut macapat. Macapat adalah jenis metrum dalam puisi Jawa yang memiliki pola yang rumit. Geguritan tembang macapat sering mengandung pesan moral atau ajaran.

2. Geguritan Gendhing

Geguritan ini sering diiringi oleh musik tradisional Jawa yang disebut gendhing. Biasanya, geguritan gendhing digunakan dalam upacara-upacara adat atau pertunjukan seni.

3. Geguritan Kidung

Kidung adalah bentuk puisi Jawa yang umumnya panjang dan menceritakan cerita atau epik tertentu. Geguritan kidung adalah versi puisi dari kidung dan sering mengandung kisah-kisah pahlawan atau tokoh-tokoh terkenal dalam mitologi Jawa.

4. Geguritan Maskumambang

Geguritan ini memiliki ciri khas berupa sifat abstrak atau simbolis. Maskumambang sering digunakan untuk mengungkapkan perasaan cinta atau keindahan alam dengan bahasa puitis.

5. Geguritan Carakan

Geguritan carakan adalah jenis geguritan yang menggunakan huruf Jawa atau carakan dalam penulisan. Ini menambah nuansa tradisional dan estetika dalam puisi.

6. Geguritan Wulang Swara

Geguritan ini juga dikenal sebagai wulang swara dan umumnya dibawakan dalam bentuk nyanyian atau recital bersama. Wulang swara adalah pengulangan bait-bait dalam geguritan dengan melodi yang berbeda.

7. Geguritan Pupuh

Geguritan pupuh adalah bentuk geguritan yang mengikuti aturan tertentu dalam hal struktur bait dan jumlah suku kata dalam tiap baris. Ini memberikan kesan simetris dalam puisi.

8. Geguritan Serat

Geguritan serat adalah jenis geguritan yang mengambil inspirasi dari literatur lama atau serat. Ini sering berisi pesan moral atau ajaran.

Contoh Geguritan Bahasa Jawa

Berikut adalah beberapa contoh geguritan dalam bahasa Jawa yang bisa menjadi referensi bagi para pecinta sastra Jawa:

1. Geguritan Tema Kehidupan

Judul: Wewayangan (Supriyadi)

Panguripanmu wus ginurit

Ing gelare kelir jagad gumelar

Surya pinangka blenconge

Bumi pinangka deboge

Lelakonmu dadi gancare carita

Kang sinanggit Kang Murba Kawasa

Binabar ing pangucap lan polah tingkah

Tangis lan guyu gegen hingane

Banjur kapan babare lelakon

Sawangen polahe kayon

Jejeg miring mirong ngetan mangulon

Sabdane Hyang Manon humiring gen hing sabda kun

Ginarebeg pra widadara widadari

Mungkasi lakon sawengi iki

2. Geguritan Tema Keluarga

Judul: Ibuku (Alfia Nisa Arahma)

Ibu…

Sapa kang bisa ngerti aku

Kajaba ibuku

Saben dina saben wektu

Ibu tansah ndidik awakku

Saben ibu duka marang aku

Lara tenan rasane atiku

Ibu…

Aku njaluk restu

Supaya anggonku sinau

Bisa migunani kanggo masa depanku

Ibu…

Au tresna marang ibu

Tanpa ibu aku dudu sapa-sapa

Amarga ibu aku ana ning donya

Maturnuwun ibu

Aku tresna ibu

3. Geguritan Tema Cinta

Judul: Tresnoku Kepalang Pangestu (Azizah Nana)

Marang Gusti Kang Kuoso, Panyuwunku amung siji

Soko mletheke srengenge tekan metune rembulan

Ati iki ora bakal ayem sedurung weruh slirane

Duhh Gusti Kang Moho Agung

Tresnaku tan tekan marang awake

Liwat angin tak titipke roso kangenku

Senajan tan biso tekan nanging aku ora biso lumaku

Pangestune wong tuo ne ora biso tak tuku

Mesem bebarengan awake mung dadi ngimpiku

Tanganku tan biso gandeng tangane

Amung rogo iki kesekso tekane pati

Mergo awake cah ayu sing tak tunggu

Tresnoku kepalang pengestune wong tuo ne

Pati ku mugo dadi dalan biso nyanding slirane

4. Geguritan Tema Kebudayaan

Judul: Carita Wayang (Eko Wahyu Nugroho)

Sapa kandha wayang kuwi kuna?

Yen durung ngerti lakuning crita

Wiwit jejer tekaning paripurna

Dudu amung rikala gara-gara

Rentep-rentep piwulang kagambarna

Tindak-tanduk uga tata krama

Kang bisa tansah ngrembaka

Saka isining carita kang kababar

Kababar pitutur suci tumrap dhiri

Dhiri kang tansah nguri-uri

Nguri-uri kabudayan Jawa suci

Miguna mring nagari

Kesimpulan

Geguritan adalah bentuk puisi tradisional yang kaya akan makna dan nilai-nilai budaya Jawa. Dengan struktur yang fleksibel dan penggunaan bahasa yang puitis, geguritan tetap relevan hingga saat ini. Berbagai jenis geguritan seperti geguritan tembang macapat, geguritan gendhing, dan geguritan kidung menunjukkan keragaman dalam bentuk dan tema. Contoh-contoh geguritan yang telah disebutkan di atas menunjukkan bahwa geguritan tidak hanya menjadi warisan budaya, tetapi juga menjadi sumber inspirasi bagi para penulis dan pembaca. Dengan memahami pengertian, ciri-ciri, dan jenis-jenis geguritan, kita dapat lebih menghargai dan melestarikan karya sastra yang khas ini.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Bagikan

× Advertisement
× Advertisement