RAKYAT SIPIL – Perkembangan teknologi digital telah membawa perubahan besar dalam kehidupan mahasiswa, termasuk mahasiswa Universitas Pamulang Kampus Serang. Media sosial kini tidak sekadar menjadi sarana komunikasi, namun telah menjadi bagian dari rutinitas harian. Platform seperti TikTok, Instagram, YouTube, dan WhatsApp menjadi ruang utama interaksi sosial maupun akses informasi. Meski kehadiran media sosial memudahkan pertukaran informasi akademik, dibalik itu terdapat kekhawatiran mengenai dampaknya terhadap konsentrasi belajar mahasiswa. Kehadiran notifikasi, godaan scrolling, serta kebiasaan multitasking digital menjadi faktor yang mengganggu fokus belajar. Untuk itu, pendekatan kuantitatif sangat penting guna melihat secara objektif sejauh mana penggunaan media sosial memengaruhi kemampuan konsentrasi mahasiswa.
Survei terhadap 35 responden memberikan gambaran jelas mengenai intensitas penggunaan media sosial di kalangan mahasiswa. Data menunjukkan bahwa 80% mahasiswa menggunakan media sosial lebih dari 3 jam per hari, dengan rincian 28,6% menggunakan 3–4 jam, 25,7% selama 5–6 jam, dan 25,7% lebih dari 6 jam per hari. Hanya 5,7% mahasiswa yang menggunakan kurang dari 1 jam. Data ini menunjukkan bahwa media sosial menjadi bagian yang sangat dominan dalam aktivitas harian mahasiswa. Tingginya durasi penggunaan berkaitan erat dengan makin kuatnya ketergantungan pada aplikasi hiburan berbasis visual cepat.
Preferensi aplikasi media sosial juga memberi gambaran mengenai pola konsumsi informasi mahasiswa. Dari total pilihan responden, TikTok menjadi aplikasi yang paling banyak digunakan dengan 27 suara, disusul Instagram (25) dan YouTube (22). Ketiga platform tersebut dikenal menyajikan konten video singkat yang sangat mudah memicu perilaku continuous scrolling. Sementara WhatsApp dipilih 17 kali sebagai sarana komunikasi utama. Dominasi TikTok dan Instagram menunjukkan bahwa mahasiswa cenderung menghabiskan waktu pada konten yang bersifat hiburan cepat, yang menurut berbagai studi dapat memengaruhi kemampuan fokus dan memperpendek attention span.
Gangguan konsentrasi tidak hanya ditunjukkan dari durasi penggunaan, tetapi juga dari kebiasaan mahasiswa membuka media sosial saat sedang belajar. Data menunjukkan bahwa 68,6% mahasiswa membuka media sosial lebih dari tiga kali ketika sedang belajar, dengan 34,3% membuka 3–5 kali dan 34,3% membuka lebih dari 5 kali. Hanya 8,6% yang tidak pernah membuka media sosial saat belajar. Ini menegaskan kuatnya distraksi digital yang dialami mahasiswa, yang berpotensi menurunkan efektivitas belajar karena otak membutuhkan waktu untuk mengembalikan fokus setiap kali interupsi terjadi.
Dampak penggunaan media sosial terhadap konsentrasi terlihat lebih jelas dari hasil rata–rata skor 7 pernyataan skala Likert. Rata–rata keseluruhan mencapai 4.04 dari 5, yang termasuk kategori tinggi. Artinya, mahasiswa secara umum mengakui bahwa media sosial berdampak signifikan terhadap konsentrasi mereka. Pernyataan “notifikasi mengganggu konsentrasi” mendapat skor tertinggi, yaitu 4.3, disusul pernyataan “lebih mudah fokus ketika ponsel tidak digunakan” dengan skor 4.4. Ini menunjukkan bahwa mahasiswa menyadari bahwa ponsel adalah sumber distraksi utama yang mengganggu proses belajar. Sementara itu, skor 4.1 pada pernyataan “sering kehilangan fokus saat belajar” dan skor 4.0 pada “sulit mengembalikan fokus setelah membuka media sosial” menegaskan bahwa media sosial tidak hanya mengganggu, tetapi juga menghambat kemampuan untuk kembali fokus.
Lebih jauh, mahasiswa juga menilai bahwa efektivitas belajar menurun akibat penggunaan media sosial dengan skor 4.0, dan performa akademik ikut terpengaruh dengan skor 3.6. Meskipun dampaknya terhadap nilai akademik tidak setinggi pengaruh terhadap proses belajar, data ini menunjukkan bahwa sebagian mahasiswa mulai menyadari bahwa kebiasaan digital mereka memiliki konsekuensi jangka panjang.
Pada aspek konsentrasi belajar (skor 0–100), rata-rata mahasiswa menilai kemampuan fokus mereka berada di angka 63, yang termasuk kategori sedang, dengan skor tertinggi 85 dan terendah 40. Ini mengindikasikan bahwa meskipun mahasiswa masih mampu berkonsentrasi, kualitas fokus mereka belum optimal dan kemungkinan besar terpengaruh oleh intensitas penggunaan media sosial yang tinggi.
Dari keseluruhan data ini, terlihat bahwa hubungan antara penggunaan media sosial dan penurunan konsentrasi bukan sekadar asumsi, melainkan didukung oleh bukti statistik yang jelas. Pola penggunaan yang tinggi, dominasi aplikasi berbasis video cepat, tingginya frekuensi membuka media sosial saat belajar, serta pengakuan mahasiswa mengenai dampaknya terhadap fokus dan efektivitas belajar menjadi bukti kuat bahwa media sosial memiliki pengaruh signifikan dalam mengurangi kualitas konsentrasi mahasiswa Universitas Pamulang Kampus Serang tahun 2025.
Dengan demikian, kampus perlu mengambil langkah strategis berbasis data misalnya literasi digital, manajemen waktu layar, serta menyediakan ruang belajar bebas distraksi. Sementara mahasiswa perlu mengembangkan kesadaran untuk mengatur penggunaan media sosial secara lebih bijak. Kolaborasi ini penting untuk menjaga kualitas akademik dan menciptakan lingkungan belajar yang lebih kondusif di era digital saat ini.
Daftar Pustaka
Alhabash, S., & Ma, M. (2021). What We Know About the Dark Side of Social Media: A Systematic Review. Social Media + Society, 7(3), 1–13. https://doi.org/10.1177/20563051211035352
Bhandari, R., & Bimo, S. (2022). Social media usage, distraction, and academic performance among university students. Journal of Learning and Technology Studies, 15(2), 45–59. https://doi.org/10.26803/jlts.v15i2.421
Brooks, S., & Califf, C. (2020). Social media-induced technostress: Its impact on the academic performance of university students. Computers & Education, 158, 103–118. https://doi.org/10.1016/j.compedu.2020.103756
Cain, J. (2021). Attention residue and multitasking in digital learning environments: A cognitive psychology perspective. Journal of Educational Psychology, 113(6), 1173–1187. https://doi.org/10.1037/edu0000634
Chia, S. C., & Gunawan, D. (2023). TikTok habits and cognitive attention among university students in Southeast Asia. Asian Journal of Communication, 33(4), 356–372. https://doi.org/10.1080/01292986.2023.2218093
Christensen, L., & Haridakis, P. (2024). The relationship between short-form video consumption and academic focus in college students. Journal of Media Psychology, 36(1), 12–25. https://doi.org/10.1027/1864-1105/a000349
Dhir, A., Yossatorn, Y., Kaur, P., & Chen, S. (2021). Online social media fatigue and academic disengagement: A large-scale study. Information Systems Frontiers, 23, 1383–1399. https://doi.org/10.1007/s10796-020-10003-4
Fadhilah, N., & Wirawan, G. (2022). Pengaruh penggunaan media sosial terhadap fokus belajar mahasiswa di Indonesia. Jurnal Ilmu Komunikasi Nusantara, 5(1), 22–34. https://doi.org/10.33005/jikn.v5i1.455
Gao, W., Liu, Z., Guo, Q., & Li, X. (2020). The dark side of social media and academic performance: A meta-analysis. Educational Psychology Review, 32(4), 721–753. https://doi.org/10.1007/s10648-020-09577-9
Hidayat, A., & Putri, R. (2023). Media sosial, distraksi, dan konsentrasi belajar mahasiswa di era digital. Jurnal Psikologi Pendidikan Indonesia, 12(2), 101–115. https://doi.org/10.21009/jppi.122.08
Junco, R., & Daza, T. (2020). Not all screen time is created equal: Social media break patterns and academic distraction. Computers in Human Behavior, 112, 106–129. https://doi.org/10.1016/j.chb.2020.106453
Penulis: Wulan Puspita Sari – Angga Rosidin S.I.P., M.A.P – Zakaria Habib Al-Ra’zie S.IP., M.Sos.





Komentar