Business Edukasi
Beranda » Blog » Peningkatan Literasi Keuangan Digital melalui Edukasi QRIS dan Fintech pada UMKM Toko Kelontong Green Asoka

Peningkatan Literasi Keuangan Digital melalui Edukasi QRIS dan Fintech pada UMKM Toko Kelontong Green Asoka

Edukasi QRIS dan Fintech
Edukasi QRIS dan Fintech

RAKYAT SIPIL – Perkembangan teknologi keuangan digital telah membawa perubahan besar dalam cara masyarakat melakukan transaksi. Pembayaran non-tunai melalui dompet digital dan QRIS kini semakin lazim digunakan, bahkan untuk transaksi bernilai kecil di lingkungan perumahan. Namun, perubahan perilaku konsumen ini belum sepenuhnya diimbangi oleh kesiapan pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), khususnya toko kelontong tradisional. Kondisi tersebut terlihat jelas pada Toko Kelontong Green Asoka yang berlokasi di Greges Barat, Jalan Raya Margomulyo, Surabaya, Jawa Timur.

Pemilik Toko Kelontong Green Asoka, Bpk. Arif Romdhoni, mengungkapkan bahwa sebelum adanya kegiatan edukasi dan pendampingan, tokonya belum pernah menggunakan QRIS sebagai metode pembayaran. Selama ini, seluruh transaksi masih dilakukan secara tunai. Menariknya, dalam praktik sehari-hari, pelanggan cukup sering menanyakan apakah pembayaran dapat dilakukan menggunakan QRIS atau dompet digital. Hal ini menunjukkan bahwa konsumen sebenarnya sudah siap beralih ke transaksi non-tunai, sementara UMKM masih tertinggal karena keterbatasan informasi dan literasi keuangan digital.

Jasa Penerbitan Buku dan ISBN

Ketiadaan QRIS di Toko Green Asoka bukan disebabkan oleh penolakan terhadap teknologi, melainkan karena minimnya pemahaman mengenai manfaat, mekanisme, serta proses pendaftaran QRIS. Pemilik usaha juga belum pernah mendapatkan pendampingan langsung terkait penggunaan sistem pembayaran digital. Akibatnya, meskipun ada kebutuhan nyata dari pelanggan, toko belum mampu menyediakan fasilitas pembayaran yang sesuai dengan perkembangan zaman.

Melihat kondisi tersebut, tim peneliti melaksanakan kegiatan edukasi literasi keuangan digital yang berfokus pada pengenalan QRIS dan fintech bagi UMKM. Edukasi ini tidak hanya menjelaskan konsep dasar pembayaran digital, tetapi juga membahas manfaat praktisnya, seperti kemudahan transaksi, peningkatan keamanan, serta pencatatan keuangan yang lebih rapi dan transparan. Pendekatan ini dilakukan secara sederhana agar mudah dipahami oleh pelaku UMKM yang belum terbiasa dengan teknologi digital.

Sebagai bentuk solusi nyata, tim peneliti juga melakukan pendampingan teknis secara langsung dengan membantu pembuatan QRIS melalui aplikasi GoPay. Pemilihan GoPay didasarkan pada kemudahan penggunaan dan tingkat adopsi yang tinggi di masyarakat. Dengan adanya QRIS tersebut, Toko Kelontong Green Asoka dapat langsung menerima pembayaran non-tunai tanpa prosedur yang rumit. Pendampingan ini memungkinkan pemilik toko memahami alur transaksi digital secara praktis, mulai dari proses pembayaran hingga konfirmasi transaksi.

Nota Kredit dalam Bisnis Transaksi

Proses Penjelasan Qris

Implementasi QRIS membawa dampak positif bagi operasional toko. Pemilik usaha menjadi lebih percaya diri dalam melayani transaksi non-tunai dan tidak lagi merasa khawatir terhadap keamanan pembayaran digital. Proses transaksi menjadi lebih cepat dan efisien, sementara pelanggan merasa lebih nyaman karena memiliki pilihan metode pembayaran yang sesuai dengan kebiasaan mereka. Kondisi ini secara tidak langsung meningkatkan kualitas layanan dan citra usaha di mata konsumen.

Pengalaman Toko Kelontong Green Asoka menunjukkan bahwa tantangan utama dalam digitalisasi UMKM bukan terletak pada faktor teknologi, melainkan pada rendahnya literasi keuangan digital dan minimnya pendampingan. Ketika pelaku UMKM diberikan edukasi yang tepat dan disertai solusi aplikatif, adopsi teknologi dapat berlangsung lebih cepat dan berkelanjutan. Hal ini sekaligus membuktikan bahwa UMKM tradisional memiliki potensi besar untuk bertransformasi jika didukung dengan pendekatan yang sesuai.

Proses Setelah Pembuatan Qris

Ke depan, upaya peningkatan literasi keuangan digital perlu diperluas melalui kolaborasi antara akademisi, pemerintah, perbankan, dan penyedia layanan fintech. Program edukasi yang disertai pendampingan langsung akan membantu UMKM menjawab kebutuhan pasar yang terus berubah. Dengan demikian, UMKM tidak hanya mampu bertahan, tetapi juga naik kelas dan berperan aktif dalam ekosistem ekonomi digital yang inklusif dan berkelanjutan.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Bagikan

× Advertisement
× Advertisement